BOZZES-SEMUTHITAM.BLOGSPOT.COM

Selasa, 01 Juni 2010

Rani Juliani

(by ; Bozzes)

Malam hari ketika Rani akan membuat susu hangat, ia mendengar perbincangan kedua orang tuanya yang berada didalam kamar.
“kita harus mengatakannya sekarang juga, Pak” desak Ibu Rani.
“itu bukan hal yang mudah untuk dikatakan. Kita juga harus memikirkan perasaan anak itu dan janji kita kepada orang tuanya.”sahut sang Ayah.
“tapi kalau tidak sekarang kapan lagi?” tanya Ibu.
“nanti juga akan Ayah katakan. Kalau...”
“kalau anak itu, anak tiri” sambung Ibu.
Rani terkejut mendengar pembicaraan orang tuanya. Ia tidak menyangka kalau dia bukan anak kandung dari orang tua yang sangat ia sayangi.
Waktu menunjukkan pukul 23.12 malam itu, tapi Rani belum bisa tertidur meski susu hangatnya telah habis. Rani terus saja terbayang-bayang dengan apa yang dia dengar. Meski begitu karena tubuhnya terlalu lelah, ia pun tertidur dengan lelap, sejenak melepaskan beban pikirannya.
****
Pukul 06.37 subuh, terdengar....
“Rani. Rani. Rani. Cepat bangun. Sudah siang, nanti kamu terlambat masuk sekolah!”, Ibu membangunkan Rani dari luar kamar.
“Iya. Rani sudah bangun, kok” sahut Rani.
Rani pun bergegas ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya dari aroma malam yang telah ia lewati dengan nyenyak dari dalam mimpi. Ia teringat kembali dengan kejadian malam tadi.
“apa aku benar anak tiri? kalau aku anak tiri, siapa orang tuaku? Dan juga dari mana asalku?” bicaranya dalam hati.
“apakah dulu aku bayi yang ditelantarkan orang tuaku?” ucapan yang tanpa sadar keluar dari bibirnya.
Rani terus memikirkannya seakan tiada tempat untuk pikirannya yang lain. Dari sarapan, saat diperjalanan dengan motornya kesekolah, hingga bel masuk kelas berbunyi, hanya hal itu saja yang menghantuinya pikirannya. Rani terlihat murung, dan nyaris tanpa ekspresi di wajahnya. Ia pun tidak memperhatikan ketika pelajaran matematika di jelaskan oleh gurunya. Sampai waktu istirahat tiba, ia hanya bengong di kantin.
Rani tidak memperhatikan sekelilingnya. Ia tidak sadar bahwa bel masuk sudah berbunyi, dan kantin sudah sepi. Tidak ada lagi siswa SMP Harapan Negri yang terlihat nongkrong dikantin.
“hey, kamu ngga masuk kelas, nanti dimarahin gurumu?” suara yang mengagetkan yang ternyata dari Ibu kantin.
“haah.” Rani terkejut.
“ Kenapa Ibu baru bilang sekarang?” sambung Rani.
Rani bergegas ke kelasnya berharap belum ada guru yang masuk di kelasnya. Namun sepertinya takdir berkata lain. Pak Umar yang dikenal murid-murid sebagai guru yang mengerikan duduk dikursi guru depan kelasnya.
“ma’af, Pak. Saya terlambat” kata Rani.
“kenapa kamu terlambat? Kamu mau membolos di pelajaran Bapak? Kamu tau tidak hari ini kita melaksanakan ulangan bulanan? Kamu tau akibatnya kalau tidak ikut ulangan dengan saya? Kamu tidak akan naik kelas! Kamu ini, membuat yang sedang mengerjakan ulangan terganggu” interogasi Pak Umar.
“ma’af, Pak. Tadi saya tidak mendengar bel berbunyi, makanya saya terlambat” sahut Rani.
“ma’af. Ma’af. Bagaimana bisa kamu tidak mendengar suara bel sekeras itu, yang lain saja mendengar. Kenapa kamu tidak? Mau membohongi Bapak?” tanya Pak Umar.
“saya sedang ada masalah, Pak” jawab Rani.
“masalah, masalah apa? Bapak tidak mau tau. Kamu Bapak hukum menyalin bab 5 tentang zat adiktif, dan besok jam pertama harus ada di meja Bapak. Sekarang silakan kamu duduk di luar kelas!”
Batin Rani seakan banjir oleh air mata. Belum lagi masalahnya di rumah selesai, sekarang ia tidak diizinkan ikut ulangan dan harus menyalin 13 lembar dalam waktu kurang dari 1 hari.
****
Rani memacu motornya untuk pulang kerumah. Diperjalanan ia merasa sangat lapar. Karena memang waktu istirahat ia tidak sempat makan siang, sebab Rani mengisi waktu istirahat keduanya dengan menyalin buku Sainsnya. Dengan membeli roti di warung pinggir jalan dari sisa uang sakunya, Rani berharap bisa menghilangkan rasa lapar yang di deritanya.
Setelah selesai makan dan minum, Rani kembali menaiki motornya untuk melanjutkan perjalanan pulang. Tiba-tiba, baru saja setengah perjalanan pulang. Rani kehabisan bensin, ia lupa mengisinya tadi pagi.
“gawat. Gimana nih? Uang sakuku tinggal 2000, habis aku belikan makanan tadi” ucap Rani.
Rani pun panik, ia tidak tau harus berbuat apa. Siang yang panas membakar kulit Rani dipinggir jalan yang penuh polusi. Ditambah lagi ia harus mendorong motornya. Sehingga mengalir sangat keringat di tubuhnya. Tidak mungkin ia mendorong motornya ke rumah, karena masih sangat jauh.
Namun, terpikir sebuah ide dari keruhnya pikiran Rani. Ia berhenti di sebuah pengecer bensin yang di jaga oleh seorang Ibu yang menggendong anaknya.
“Bu. Apa saya bisa membeli bensin. Tapi Cuma 2000 aja. Soalnya uang saya udah habis, tapi rumah saya masih jauh dari sini. Boleh ya, Bu” pinta Rani.
“kasian sekali kamu, nak. Ini biarlah, Ibu memberi 1 liter untukmu” sambil menuangnya ke tangki motor Rani.
“makasih banyak, Bu”.
“iya. Siapa namamu?”
“Rani, Rani Juliani. Ma’af sudah merepotkan Ibu”
“ ngga papa, Ibu senang bisa membantu. Nama kamu seperti orang yang di beritakan di tv”. Canda Ibu penjaga warung bensin itu sambil tersenyum.
Rani melanjutkan perjalanan pulang.
Sesampainya dirumah yang tidak ada orang sama sekali, kecuali Rani. Memang, orang tuanya baru pulang kerja jam 5 sore, tapi jika jalan macet sekitar jam 7 sore baru bisa sampai kerumah. Dengan rasa capek, Rani menyelesaikan tugas menyalinnya.
Hampir setengah 6 sore, orang tuanya belum pulang, tetapi tugasnya sudah selesai. Mungkin karena terlalu capek. Rani pun tertidur.
****
Pukul 19.04, orang tua Rani datang.
“mana anak kita, Yah?” tanya Ibu Rani.
“mungkin dia tidur dikamarnya. Dia pasti kecapekan disekolah tadi” jawab Ayah.
“ya sudah, kita makan duluan saja” ajak Ibu.
Saat orang tua Rani sedang makan malam. Rani bangun dari alam mimpi dan langsung menuju ruang makan. Rani mengambil air minum. Lalu duduk bersama Orang tuanya. Namun, Rani hanya melamun menatap meja makan dengan tatapan kosong.
“Rani. Kamu tidak makan? Apa kamu tidak lapar?”tanya Ibu.
Rani hanya diam dan membisu.
“Rani. Rani. Kenapa kamu melamun?”tanya Ayah
“e..e..ngga papa, kok” jawab Rani dengan terbata-bata.
“hayo. Kamu lagi mikirin apa? Mikirin cowok, ya?” canda Ibunya.
“ngga, kok. Bu. Ibu ini ada-ada saja.”
“terus kenapa kamu melamun?” tanya Ayah.
Rani kembali terdiam. Rani ingin menanyakan soal kejadian malam itu, tapi ia tidak berani untuk menanyakannya. Mungkin Rani takut dengan jawaban yang akan ia dapat. Ia masih belum percaya dengan apa yang ia dengar malam itu. Dan ia takut apabila hal itu benar-benar terjadi.
“kenapa, Rani?” Ayah menanyakannya kembali.
Rani pun memberanikan diri untuk bertanya. Meskipun ia masih takut.
“kemarin malam, Rani lewat didepan kamar Ayah dan Ibu. Rani mendengar pembicaraan kalian. Tentang anak tiri itu, apa benar Rani anak tiri? Lalu Rani anak siapa?” kata Rani lirih.
Ayah dan Ibu saling bertatapan, seakan mereka tidak percaya dengan apa yang dikatakan Rani.
“kamu menguping pembicaraan ayah dan Ibu, ya?” tanya Ayah.
Belum lagi Rani menjawab pertanyaan itu. Ia malah bingung melihat Ayah dan Ibunya tiba-tiba tersenyum. Rani jadi terdiam.
“sebenarnya yang kami bicarakan bukanlah kamu Rani, kamu itu asli dari Ayah dan Ibu. Kamu anak Ibu satu-satunya yang paling Ibu sayangi” kata Ibu yang menambah kebingungan Rani.
“lalu siapa anak yang kalian maksud?” tanya Rani.
“dia adalah Azhar. Dia diangkat menjadi anak oleh teman kerja Ayah dan Ibu. Namun, Azhar sering dimarahi dan dipukul oleh orang tua angkatnya tanpa alasan yang jelas.” Kata Ayah.
“Azhar sering bertanya kepada Ibu, kenapa dia selalu diperlakukan seperti itu.” Sambung Ibu.
“jadi si anak tiri itu bukan Rani!” seru Rani dengan kembali gembira.
“iya. O.iya. Ayah membelikanmu jam tangan. Supaya kamu tidak lupa waktu dan terlambat bangun tidur. Ini” kata Ayah sambil memberikan jam tangan baru Rani.
“makasih, Yah”kata Rani bahagia.
Rani pun bisa kembali tidur nyenyak, dan tidak ada lagi pikiran-pikiran yang memenuhi otaknya selama seharian tadi.
****
“Rani. Kayaknya kamu lagi bahagia banget. Kemarin aja, kamu murung sampai ngga dengar bel. Memangnya ada apa?” tanya Indah, teman dekatnya Rani.
Rani pun menceritakan apa yang diceritakan didalam cerpen ini tanpa ada ketinggalan satu kejadian pun, apalagi sampai mengubah isi cerita. Rani pun mengakhiri ceritanya dengan sebuah senyuman, dan di balas dengan senyuman pula oleh Indah.

0 komentar:

Posting Komentar

ANDA TAMU KE...

WAKTU ANDA

TANGGAL ANDA

TENTANG AKU

Foto Saya
Bozzes Comique
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia
Kata temen-temenku, aku orangnya lucu, narsis, juga bijaksana kalo disana, tapi kalo mau tau lebih jelasnya tanya aja sama temen-temenku !
Lihat profil lengkapku

MY PIC

MY PIC

MENANG

MENANG
nostalgia SLTP

Pelajaran Paling Sulit ?

tvOne news

SEPAKBOLA

PENGIKUT