BOZZES-SEMUTHITAM.BLOGSPOT.COM

Senin, 14 Juni 2010

Anak Baru Ibu Rani

(by ; bozzes)

Tok…tok…tok.

“assalamu’alaikum”.

Suara ketokan pintu dengan salam yang keras beberapa kali Ibu Rani dengar. Ibu yang sedang mencuci pakaian bergegas membuka pintu.

“wa’alaikum salam” sahut Ibu Rani.

“Ibu, Ibunya Rani?” tanya seorang laki-laki asing yang ternyata seorang tukang ojek.

“iya, betul. Ada apa ya?” kata Ibu Rani.

“anak Ibu”.

“ada apa dengan anak saya?”.

“anak Ibu kecelakaan. Dia sedang dibawa kerumah sakit. Dan sepeda motornya rusak parah”. Jelas si tukang ojek.

“haah. Cepat bawa saya kerumah sakit!”.

Dengan keadaan panik Ibu Rani dibawa oleh tukang ojek yang menjadi saksi kecelakaan tersebut. Karena terlalu panik, Ibu Rani lupa dengan pakaian yang dicucinya, dan rumah yang tidak terkunci. Dengan hanya memakai daster, Ibu Rani pergi kerumah sakit. Sepanjang jalan Ibu Rani hanya bisa menangis memikirkan anaknya.

* * * *

“Rani.Rani. Rani”. Teriak Ibu Rani sambil menangis melihat anaknya tidak sadarkan diri.

“ma’af, Bu. Ini ruang intensif. Jadi, Ibu dilarang masuk. Mohon tunggu diluar!”. Kata seorang suster yang menangani Rani.

Ibu Rani terus menangis. Ia tidak menyangka akan ada cobaan seperti ini dihidupnya. Ibu Rani tidak mengerti ini bisa terjadi.

Menurut tukang ojek tadi. Rani berkendara sambil memakai handphone. Rani tidak melihat ada mobil pick-up di depannya yang berhenti mendadak. Ia pun menyenggol bagian kanan mobil tersebut dan terjatuh. Malangnya, helm Rani terlepas dan kepala Rani terlindas oleh pengendara sepeda motor lain.

“saya mau bicara dengan kerabat dari saudari Rani Juliani”. Kata seorang doktor yang memeriksa Rani.

“saya. Saya Ibunya. Bagaimana keadaan anak saya, dok? Dia tidak apa-apakan?” tanya Ibu Rani yang panik.

“ma’af, Bu. Anak Ibu mengalami pendarahan yang cukup parah. Banyak gumpalan darah di otaknya. Tengkorak belakangnya pun retak. Jadi anak Ibu harus segera dioperasi. Saya minta persetujuan dari Ibu”. Kata doktor.

“silakan, dok. Asalkan anak saya selamat”.

“tapi, Ibu harus melengkapi administrasinya terlebih dahulu”

“apa yang harus saya lengkapi?”

“salah satunya Ibu harus membayar biaya operasi. Silakan Ibu menuju bagian administrasi rumah sakit!”.

* * * *

Pukul 10.46 Rani masuk ruang operasi. 2 orang doktor dan 3 orang suster ikut menemani Rani didalam ruangan yang penuh peralatan medis. Ibu Rani hanya bisa melihat dari kaca dipintu ruangan.

Ibu Rani menelpon Ayah. Mengabarkan peristiwa tragis yang dialami anaknya. Anak semata wayang yang harus mengalami kecelakaan. Ayah Rani tiba. Dan ternyata Ayah Rani datang bersama Azhar yang diusir Ayah tirinya. Melihat Azhar, Ibu teringat permintaan Rani tadi malam.

“Ayah. Apa Ayah ingat dengan permintaan Rani tadi malam?” tanya Ibu sambil mengusap air matanya.

“permintaan yang mana ya, Bu?” kata Ayah bingung.

“itu, Rani kan bilang, bagamana kalau Azhar tinggal dirumah kita. Tinggal bersama kita!” kata Ibu sedikit berbisik.

“o, iya. Rani pasti senang sekali kalau melihat Azhar kita bawa ke rumah. Terus, bagaimana keadaan anak kita sekarang?” tanya Ayah.

“kata doktor parah. Dan sekarang sedang dioperasi” jawab Ibu.

* * * *

6 jam berlalu. Ayah Rani dan Azhar tertidur bersampingan. Mereka berdua terlalu lelah menunggu. Sedangkan Ibu Rani, kembali bersimbah air mata membasahi sajadah dengan berdo’a setelah salat ashar. Namun, disaat kembali, Ibu Rani melihat Ayah menangis. Ibu Rani mulai khawatir, Ia takut ini adalah pertanda buruk dari sebuah berita buruk.

Tenyata yang di sangka Ibu Rani benar. Operasi yang dilakukan tidak menemui hasil, karena terlalu banyak penyumbatan darah di otak Rani. Dan Rani pun meninggal dunia. Jantung Ibu Rani pun berdetak tak beraturan dan dadanya menjadi sesak. Penglihatannya seakan masuk ke sebuah ruangan gelap yang pekat dengan warna hitam. Kakinya lemas. Seketika itu pun Ibu Rani pingsan, tak berdaya menahan beban batin yang dialaminya.

* * * *

Besok harinya, setelah salat dzuhur Rani di makamkan. Rani di makamkan berdampingan dengan pusara Kakek dan Neneknya dari Ibunya. Ibu Rani meneteskan air matanya di atas tumpukan tanah makam anaknya.

“Tante. Tante yang sabar, ya! ka’ Rani psati sekarang sedang menuju surga. Mungkin Allah sangat menyayangi ka’ Rani, jadi ka’ Rani lebih dulu kembali.” Kata Azhar dengan polos.

Kata-kata Azhar menggetarkan hati Ibu Rani. “iya. Azhar jangan panggil Tante lagi! Sekarang Azhar panggil Tante dengan sebutan Mama saja!” kata Ibu Azhar.

“tapi, Tante ngga akan mukulin Azhar, kan?” tanya Azhar.

“tentu saja tidak. Mama akan menyayangi Azhar seperti Mama menyayangi ka’ Rani.”

“Oke deh, Mama. Tapi Mama jangan nangis lagi, ya!” pinta Azhar.

Meskipun Ibu kehilangan anak semata wayangnya, namun Ia tetap bisa tersenyum, karena kini Ia mendapatkan pelipur lara yang menggantikan Rani Juliani di hatinya. Azhar pun kini memiliki orang tua yang menyayanginya. Dan mendapat kebahagiaan dari mereka.

Setelah aku bersantai

Aku harus merangkak lagi untuk menggapainya

Setelah aku menggapainya

Aku kembali merangkak untuk menggapainya

Hidup selalu berputar

Tak pernah ada yang akan abadi

Jangan terlalu kuat mengikat cinta

Karena yang dicintai pasti akan pergi

Dan akan sulit melepaskannya

Ingatlah, sesuatu yang hilang akan ada gantinya

0 komentar:

Posting Komentar

ANDA TAMU KE...

WAKTU ANDA

TANGGAL ANDA

TENTANG AKU

Foto Saya
Bozzes Comique
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia
Kata temen-temenku, aku orangnya lucu, narsis, juga bijaksana kalo disana, tapi kalo mau tau lebih jelasnya tanya aja sama temen-temenku !
Lihat profil lengkapku

MY PIC

MY PIC

MENANG

MENANG
nostalgia SLTP

Pelajaran Paling Sulit ?

tvOne news

SEPAKBOLA

PENGIKUT